
Oleh : Ivandhy Setya Rachman
Mahasiswa mempunyai status terhormat dalam masyarkat. Ia dipandang sebagai calon intelektual yang diharapkan dapat memajukan bangsa dan negara di kemudian hari. Namun, seringkali terdapat mahasiswa yang tidak dapat mengekspresikannya pemikirannya secara maksimal. “Mengapa hal itu bisa terjadi ?�
Mungkin telah banyak opini yang membahas pentingnya budaya baca, menurut hemat penulis, kegiatan membaca tidaklah cukup. Harus ada aktivitas untuk mengaktualkan bahan bacaan, salah satunya dengan budaya tulis. Hal ini karena keterbatasan daya ingat otak manusia, jika hanya membaca saja, bahan bacaan tersebut akan mudah hilang tanpa bekas. Mahasiswa sekarang sedikit yang memiliki kemampuan menulis. Karena mereka tidak terlatih menulis.
Budaya Menulis
Sejarah mencatat, banyak mahasiswa yang mempunyai pikiran yang kritis dan brilian mempunyai budaya menulis yang cukup tinggi. Sebut saja Soe Hoek Gie, seorang mahasiswa yang juga aktivis pada zaman Revolusi terpimpin. Walaupun tidak mempunyai usia yang panjang, Gie sangat terkenal dengan pikiran-pikiran kritisnya yang berbau revolusioner. Yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah mengapa pemikiran Gie tetap dipakai sebagai dasar perjuangan para aktifis mahasiswa baik pada zamannya maupun pada zaman sekarang? Jawabannya karena ia sering menumpahkan semua pengalamannya ia tuliskan dalam sebuah buku harian yang telah dibukukan sekarang dan mencapai angka penjualan yang fantastis.
Bandingkan dengan kebiasaan mahasiswa sekarang. Banyak mahasiswa hanya mempunyai satu tujuan, yaitu mendapatkan nilai yang baik. Bahkan, ada yang rela melakukan apa saja demi untuk mendapatkan nilai baik. Sangat jarang mahasiswa yang belajar dengan cara menulis. Padahal metode ini sangat cocok sebagai metode belajar bagi mahasiswa. Karena ia tidak hanya menghafal dari buku acuan, tetapi juga dengan dapat menyisipkan pikiran dan tanggapannya atas isi buku tersebut.
Apalagi dengan kemajuan teknologi informasi akses data digital sangat berlimpah. Namun teknologi tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh mahsiswa, bahkan ada kecenderungan disikapi atau dimanfaatkan dari aspek dampak negatifnya. Munculah kebisaan plagiat atau popular dengan istilah copy and paste. Ironisnya, mahasiswalah yang banyak melakukan itu semua baik dalam mengerjakan makalah, paper, skripsi, tesis, bahkan disertasi. Budaya pragmatis inilah yang harus dipupus oleh para pelaku pendidikan, baik pendidikan dasar, menegah, dan tinggi.
Rendahnya kebiasaan menulis dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu diantaranya adalah karena ketakutan mahasiswa untuk menulis. Mereka takut apabila tulisan yang mereka hasilkan dinilai jelek. Karena itu, problem utamanya terletak pada kemauan dari seorang mahasiswa untuk menulis. Keterampilan menulis tidak bisa didapatkan secara instant. Ia harus melalui proses, yaitu berlatih.Sastrawan dan sejarawan Pramoedya Ananta Toer yang terkenal dengan tulisan-tulisannya yang berkualitas tinggi tidak mendapatkan kemampuan menulisnya begitu saja. Ia juga melakukan proses belajar menulis.
Ketakutan seseorang untuk menulis tidak saja disebabkan oleh faktor intern individu tersebut, tetapi juga faktor eksteren punya peranan yang cukup besar dalam hal tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis mempunyai beberapa saran yang mungkin dapat membantu seorang individu untuk dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang keterampilan penulis.
Pertama, mulailah menulis dengan hal-hal yang digemari. Hal ini akan sangat membantu dalam memulai proses penulisan terutama berkaitan dengan pemahaman tentang masalah yang ditulis.
Kedua, berpikirlah sederhana, artinya tulislah semua hal yang ada dalam pikiran anda, jangan terpengaruh akan pikiran orang lain yang mungkin saja sulit anda pahami.
Ketiga, perlihatkan hasil tulisan anda kepada orang lain. Tahap ini akan membantu anda untuk mengetahui kesalahan-kesalahan apa yang masih anda perbuat ataupun sampai tingkat yang bagaimana tulisan anda dihargai oleh seseorang.
Keempat, teruslah berlatih, dalam artian tulislah segala sesuatu yang anda hendak tulis. Dengan cara ini anda akan mempunyai perbendaharaan kata yang banyak. Selain itu juga, dengan sering berlatih menulis, kerangka pemikiran anda tentang suatu masalah akan berkembang
Mudah-mudahan saran yang telah diberikan akan membantu para mahasiswa untuk membangun kebiasaan menulis. Sehingga diharapkan dengan berkembangnya kebiasaan menulis akan muncul tokoh-tokoh, seperti Gie-Gie ataupun Pram-Pram yang lainnya di Indonesia.
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Teknik Sistem Informasi Universitas Muria Kudus
Mungkin telah banyak opini yang membahas pentingnya budaya baca, menurut hemat penulis, kegiatan membaca tidaklah cukup. Harus ada aktivitas untuk mengaktualkan bahan bacaan, salah satunya dengan budaya tulis. Hal ini karena keterbatasan daya ingat otak manusia, jika hanya membaca saja, bahan bacaan tersebut akan mudah hilang tanpa bekas. Mahasiswa sekarang sedikit yang memiliki kemampuan menulis. Karena mereka tidak terlatih menulis.
Budaya Menulis
Sejarah mencatat, banyak mahasiswa yang mempunyai pikiran yang kritis dan brilian mempunyai budaya menulis yang cukup tinggi. Sebut saja Soe Hoek Gie, seorang mahasiswa yang juga aktivis pada zaman Revolusi terpimpin. Walaupun tidak mempunyai usia yang panjang, Gie sangat terkenal dengan pikiran-pikiran kritisnya yang berbau revolusioner. Yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah mengapa pemikiran Gie tetap dipakai sebagai dasar perjuangan para aktifis mahasiswa baik pada zamannya maupun pada zaman sekarang? Jawabannya karena ia sering menumpahkan semua pengalamannya ia tuliskan dalam sebuah buku harian yang telah dibukukan sekarang dan mencapai angka penjualan yang fantastis.
Bandingkan dengan kebiasaan mahasiswa sekarang. Banyak mahasiswa hanya mempunyai satu tujuan, yaitu mendapatkan nilai yang baik. Bahkan, ada yang rela melakukan apa saja demi untuk mendapatkan nilai baik. Sangat jarang mahasiswa yang belajar dengan cara menulis. Padahal metode ini sangat cocok sebagai metode belajar bagi mahasiswa. Karena ia tidak hanya menghafal dari buku acuan, tetapi juga dengan dapat menyisipkan pikiran dan tanggapannya atas isi buku tersebut.
Apalagi dengan kemajuan teknologi informasi akses data digital sangat berlimpah. Namun teknologi tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh mahsiswa, bahkan ada kecenderungan disikapi atau dimanfaatkan dari aspek dampak negatifnya. Munculah kebisaan plagiat atau popular dengan istilah copy and paste. Ironisnya, mahasiswalah yang banyak melakukan itu semua baik dalam mengerjakan makalah, paper, skripsi, tesis, bahkan disertasi. Budaya pragmatis inilah yang harus dipupus oleh para pelaku pendidikan, baik pendidikan dasar, menegah, dan tinggi.
Rendahnya kebiasaan menulis dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu diantaranya adalah karena ketakutan mahasiswa untuk menulis. Mereka takut apabila tulisan yang mereka hasilkan dinilai jelek. Karena itu, problem utamanya terletak pada kemauan dari seorang mahasiswa untuk menulis. Keterampilan menulis tidak bisa didapatkan secara instant. Ia harus melalui proses, yaitu berlatih.Sastrawan dan sejarawan Pramoedya Ananta Toer yang terkenal dengan tulisan-tulisannya yang berkualitas tinggi tidak mendapatkan kemampuan menulisnya begitu saja. Ia juga melakukan proses belajar menulis.
Ketakutan seseorang untuk menulis tidak saja disebabkan oleh faktor intern individu tersebut, tetapi juga faktor eksteren punya peranan yang cukup besar dalam hal tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis mempunyai beberapa saran yang mungkin dapat membantu seorang individu untuk dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang keterampilan penulis.
Pertama, mulailah menulis dengan hal-hal yang digemari. Hal ini akan sangat membantu dalam memulai proses penulisan terutama berkaitan dengan pemahaman tentang masalah yang ditulis.
Kedua, berpikirlah sederhana, artinya tulislah semua hal yang ada dalam pikiran anda, jangan terpengaruh akan pikiran orang lain yang mungkin saja sulit anda pahami.
Ketiga, perlihatkan hasil tulisan anda kepada orang lain. Tahap ini akan membantu anda untuk mengetahui kesalahan-kesalahan apa yang masih anda perbuat ataupun sampai tingkat yang bagaimana tulisan anda dihargai oleh seseorang.
Keempat, teruslah berlatih, dalam artian tulislah segala sesuatu yang anda hendak tulis. Dengan cara ini anda akan mempunyai perbendaharaan kata yang banyak. Selain itu juga, dengan sering berlatih menulis, kerangka pemikiran anda tentang suatu masalah akan berkembang
Mudah-mudahan saran yang telah diberikan akan membantu para mahasiswa untuk membangun kebiasaan menulis. Sehingga diharapkan dengan berkembangnya kebiasaan menulis akan muncul tokoh-tokoh, seperti Gie-Gie ataupun Pram-Pram yang lainnya di Indonesia.
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Teknik Sistem Informasi Universitas Muria Kudus
Source : www.umk.ac.id
//ahmad.el.syarif//fkip//pbi//
//ahmad.el.syarif//fkip//pbi//
Tidak ada komentar:
Posting Komentar