Senin, 23 November 2009

Dari Road Show to Campus Kiai Kanjeng di UMK (1)


Ingatkan Mahasiswa Tidak Terjebak Saling Dukung

"Siraman rohani" Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), mampu menghipnotis ribuan mahasiswa yang hadir. Mereka pun tak beranjak sedikitpun dari tempat duduk yang hanya sekadar lesehan di lapangan tenis kampus UMK. Kata-kata yang keluar dari Cak Nun, selalu disambut tawa renyah para hadirin. Orasi Cak Nun yang selama kurang lebih 2 jam itu menghadirkan nuansa pencerahan bagi yang hadir. 

Cak Nun, memulai ceramahnya dengan mengajak para mahasiswa untuk dialog. Pada kesempatan ini Cak Nun mengajak para mahasiswa untuk melihat realitas politik dalam negeri secara jernih, tanpa ada pemihakan. Terutama terkait penyikapan kasus Bibit-Candra dan Polri yang lagi memanas. "Mari kita jangan terburu-buru untuk menilai sesuatu proses yang belum selesai. Kita tunggu saja. Sebab, semua masih abu-abu," tegas Cak Nun pada acara yang bertajuk road show to campuss di Universitas Muria Kudus (UMK), yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) bekerja sama dengan LA Ligths baru-baru ini.

 

Untuk itu, budaya saling dukung hendaknya dihindari sebelum semuanya jelas. "Saya yakin semakin lama borok-borok para pemimpin di negeri ini akan terkuak semua. Allah tidak tidur. Bangsa ini sudah lama menjadi sarang koruptor. Karena itu, mari kita berdoa saja agar semuanya cepat dilihatkan kebenarannya," ungkap Cak Nun.

Dengan nada lantang, Cak Nun menegaskan tak perlu menyesali segala hal yang terjadi di negeri ini. Sebab, pada dasarnya yang membuat negeri ini seperti sekarang adalah rakyat sendiri. "Ini kan pilihan Anda semua. Jadi terimalah keadaan ini," tegas Cak Nun dengan suara bergetar, yang kemudian disambut tepuk tangan para mahasiswa.

Cak Nun kembali meluapkan kegeramannya terhadap para pemimpin negeri ini yang sudah dikotori oleh para koruptor. "Biar mereka (para koruptor) terus korupsi di negeri ini, nanti mereka juga bosan sendiri. Sebab, negeri ini tak akan habis digerogoti oleh koruptor, mau dipakai untuk apa?" jelasnya yang kali ini disambut tawa.

Cak Nun hanya heran saja kenapa perilaku korup justru terjadi pada para pejabat yang mestinya mengemban amanat rakyat. Karena kebobrokan yang sudah akut di negeri ini, sampai-sampai Cak Nun mengibaratkannya dengan nasi mambu (nasi basi). Menurutnya, nasi basi bisa menjadi makanan yang enak dan sehat dikonsumsi jika dikeringkan (dipeme). Sebab, dengan begitu, bakteri-bakteri di nasi bisa menguap, dan nasi pun menjadi kering lalu ditumbuk dan kemudian menjadi tepung (pati). 
"Kelak tepung yang berasal dari nasi sisa tersebut dapat dibuat menjadi butiran-butiran seukuran beras yang dapat dikonsumsi kembali," katanya.
Ia mengatakan, kaitan antara masyarakat dengan tepung adalah kondisi masyarakat yang selama ini sering terjebak pada pengkotak-kotakan hingga membentuk butir-butir yang tidak dapat disatukan. 

Cak Nun mengingatkan, sejatinya, butir-butir itu sering melupakan bahwa mereka berasal dari tepung yang sama, misalnya parpol berasal dari tepung yang bernama demokrasi, ormas berasal dari tepung kemaslahatan umat, sedangkan mahzab berasal dari tepung bernama Islam.

Karena itu, menurut Cak Nun mengimbau, apabila ingin keadaan bangsa menjadi lebih baik, masyarakat sebaiknya belajar dari analogi tersebut dan berusaha menjadi "tepung" agar bersifat melebur dan tidak terkotak-kotak. (Hoery/miun-Portal)
//ahmad.el.syarif//fkip//pbi//
sumber : www.UMK.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar