Selasa, 30 Maret 2010

Cultural University VS Budaya di UMK


UMK. Kudus. "Cultural University", slogan yang menjadi Jargon utma Universitas Muria Kudus dengan harapan akan mampu menciptakan sebuah komunitas manusia dan masyarakat yang berpendidikan, berakhlak serta berbudaya. sayangnya budaya yang sekarang ini dapat dilihat dalam kehidupan Kampus Pelangi ini adalah budaya yang terkesan lesu dari gairah semangat budaya positif dan cenderung budaya yang bersifat dan berdampak negatif bagi masyarakat akademisi UMk. Budaya memiliki makna yang sangat luas, tetapi sebenarnya ini dapat dilihat dari satu segi budaya yang ada. Seperti misalnya, Budaya Berdiskusi atau berdebat, tentu bukan diskusi hal-hal yang tak ada maknanya atau hal-hal yang tak memiliki korelasi dengan kehidupan pendidikan. diskusi & atau debat dapat menjadi salah satu indikator bahwa sebuah Universitas memiliki budaya positif yang dapat mengembangkan kemampuan serta intelektualitas masyarakat di dalamnya, selain memberaikan nilai tambah dalam mencapai sebuah slogan yang didengung-dengungkan yakni menjadi sebuah "Cultural University". Melihat budaya yang semakin berkembang di UMk yang dapat dikatakan masih jauh dari apa yang disebut budaya Diskusi dan Berdebat ILMIAh, maka masih panjang perjalanan yang harus ditempuh segenap Civitas, Pengelola dan Pemangku Kepentingan Pendidikan di UMK dan sekitarnya untuk mewujudkan hal itu. Perjalanan panjang itu tak semestinya harus diawali besok atau lusa, tapi seharusnya dari sejak awal UMK ini dibangun dan sampai kapanpun sehingga "CULTURAL UNIVERSITY ini bukan hanya SLOGAN tapi benar-benar mendarah daging menjadi sebuah Pedoman hidup Civitas Akademika UMK yang akan membawa manfaat dan Keuntungan bagi semua.


by. ahmad.el.syarif

//fkip//pbi//umk//

Tidak ada komentar:

Posting Komentar