Selasa, 06 Oktober 2009

Hari HIV/AIDS se-Dunia


" JANGAN JAUHI KAMI "

Sebuah Teriakan,Sebuah harapan


HIV/AIDS, kini telah menjadi sebuah masalah yang teramat pelik bagi kita. Bukan hanya masalah medis,Namun ini juga merupakan sebuah masalah sosial yang telah berada dalam masyarakat kita. Indonesia memiliki angka kasus penyakit Infeksi Menular Seksual ( IMS ) yang cukup tinggi. Utamanya HIV/AIDS. Sejak 1 Januari 1987 hingga 30 September 2008 tercatat 21.413 orang telah terinfeksi HIV/AIDS dan 2.287 diantaranya telah meninggal dunia. Bahkan, Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) telah memperingatkan bahwa Indonesia adalah Salah satu Negara Asia tercepat dalam peningkatan populasi penyakit mematikan ini.

HIV/AIDS begitu mudah menyebar dan berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat kita. Perkembangan budaya, gaya hidup dan trend menyebabkan perkembangan penyakit menular ini semakin cepat. Pergaulan bebas dan tidak sehat merupakan salah satu pemicu berkembangnya masalah penyakit mematikan ini. Faktanya, data menunjukkan bahwa penderita HIV/AIDS terbesar adalah berasal dari golongan usia 20 – 29 tahun, sebesar 53,9 %. Sungguh memprihatinkan, mengingat golongan usia ini merupakan golongan usia produktif yang tentu sangat diharapkan sebagai generasi penerus yang akan meneruskan dan membangun masyarakat kita.

HIV/AIDS bukanlah hanya karena hubungan seksual. Penyakit ini tidak hanya disebabkan oleh hubungan seksual yang tidak aman. Faktanya, banyak faktor yang memicu penyebaran penyakit ini. Diantaranya, penggunaan jarum suntik yang tidak steril secara bergantian, mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus hiv dan bahkan ibu penderita hiv positif yang mengandung bayi pun juga ikut memicu perkembangan penyebran penyakit ini. Kini tak hanya orang-orang yang memiliki pergaulan bebas saja yang rentan terhadap penyakit ini,keluarga kita pun rentan tertular penyakit ini, ibu ru,ah tangga bahkan bayi-bayi dan anak-anak kita pun rentan terhadap penyakit ini. Data menunjukkan, 90 % infeksi pada bayi dan anak-anak terjadi dari ibu pengidap HIV positif.

Kini tak dapat lagi dipungkiri, jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia Kian hari kian bertambah. Belum lagi melihat prosentase penderita HIV/AIDS yang sebagian besar adalah usia produktif. Sungguh mencengangkan. Penularan HIV/AIDS secara komulatif terbesar berasal dari pengguna narkoba suntik ( IDU ) sebesar 52,6 %., disusul Heteroseksual ( hubungan seks berganti-ganti pasangan ) 37,2 % dan homoseksual 4,5 %. Yang lebih mencengangkan lagi, sekarang ini bukan hanya kelompok laki-laki saja yang menempati angka jumlah proporsi terbesar , tetapi proporsi penderita HIV/AIDS perempuan pun cenderung meningkat.

Disadari atau tidak, kita telah hidup dalam lingkungan bersama para penderita penyakit HIV/AIDS itu. Mereka adalah bagian dari lingkungan sosial kita dan kita telah hidup berdampingan dengan mereka. Dalam tatanan kehidupan sosial, kita hrus memandang bahwa HIV/AIDS dan segala persoalannya kini bukanlah hanya persoalan masalah medis saja, bukanlah hanya tentang persoalan tentang sebuah penyakit yang mematikan yang menyerang sistem kekbalan tubuh, tapi lebih dari itu ini juga merupakan sebuah masalah sosial yang sedemikian pelik kartena keberadaan mereka juga merupakan bagian dari kita, bagian dari masyarakat kita.

Dipandang dari sudut apapun, mereka ( penderta-pendrita HIV/AIDS ) ini juga merupakan korban. Tak perlu lagi memandandan menengok tentang asal mula pemyakit ini karena ulah perbuatan mereka atau bukan. Ribuan orang dalam masyarakat kita telah menjadi korban, ribuan orang dalam lingkungan kita telah menangis memikiul beban HIV/AIDS. Bukan lagi hanyalah masalah masalah kesehatan, tetapi ini juga membawa beban psikologis dan beban sosial bagi mereka, bagi penderita-penderita itu. 2.287 orang telah meninggal karena keganasan penyakit unu, dan masih ribuan lagi yang kini masih memikul beban berat, sakit dan beban psikologis dan beban sosial karena penyakit ini.

HIV/AIDS benar benar telah memberikan beban yang teramat sangat berat bagi mereka. Membuat mereka merasa terkucilkan dari kehidupan yang nyata-nyata telah mereka jalani, mereka merasa terpisah dari kehidupan yang seharusnya mereka miliki. Mereka tlah jtuh teramat dalam, dalam jurang ketakutan. Mereka membutuhkan dorongan, merekea membutuhkan bantuan, mereka membutuhkan bantuan untuk bangkit.

Tapi, sungguh ironis. Kini masyarakat kita memandang mereka dengan sebelah mata. Masyarakat kita telah terlanjur melontarkan diskriminasi dan stigma-stigma negatif kepada mereka. Harus kita sadarai, berkembangnya penyakit HIV/AIDS ini tentu akan berdampak luas dalam kehidupan sosial masyarakat kita. Masyarakat kita pun tidak sepenuhnya salah. Masyarakat melontarkan stigma negatif dan diskriminasi terhadap penderita-penderita HIV/AIDS ini karena masyarakat belum siap menerima penyakit ini, terlebih lagi masyarakat kita juga belum teredukasi tentang penyakit ini. Mereka masih beranggapan bahwa HIV/AIDS adalah sebuah penyakit yang teramat menakutkan, dan takut tertular penyakit ini, dan untuk menghindari agar tidak tertular penyakit ini maka masyarakat kita memutuskan untuk menjauhi para penderita penyakit ini dari hubungan sosial mereka.

Sebuah keputusan yang kurang bijak, tapi inilah kenyataan yang ada di tengah-tengah masyarakat kita. Dengan gamblang kita bisa melihat bagaimana masyarakat kita saat ini melontarkan stigma-stigma negatif dan diskriminasi itu. Menjauhi bahkan enggan dan tidak peduli dengan korban penderita HIV/AIDS itu. Sakit memang telah menjadi beban para Penderita HIV/AIDS itu, tapi stigma negatif dan diskriminasi yang terlontar itu semakin menambah berat beban yang harus dipikul oleh penderita-penderita itu. Di satu sisi mereka telah menanggung beratnya sakit, beban psikologis dan beban sosial, tapi di sisi lain masyarakat kita justru menambahkan beban yang semakin membebani mereka.

Masyarakat perlu dan harus mengetahui dan mengedukasi diri mereka lebih jauh tentang penyakit HIV/AIDS ini. Pemerintah serta lembaga-lembaga lain yang relevan pun diharapkan agar ikut serta dalam mengedukasi dan memberikan pemahaman pada masyarakat tentang ini. Sehingga nantinya takkan ada lagi stigma-stigma negatif yang terlontar dan diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS itu. Bahkan nantinya masyarakat bisa menjadi agen sosial yang turut serta bersama pemerintah dan elemen-elemen lain membantu memberikan dorongan, semangat dan motivasi kepada para penderita untuk tetap berjuang bertahan dan melawan keganasan HIV/AIDS ini.

HIV/AIDS telah memberikan pukulan yang teramat berat bagi para penderita itu. Mereka adalah korban. Mereka adalah bagian dari masyarakat kita yang kini sedang sakit dan merasa terkucil dari lingkungan sosialnya. Diskriminasi dan stigma-stigma negatif hanya akan semakin menambah rasa sakit dan beban mereka, dan mereka akan menjadi semakin terkucil. Mereka membutuhkan dorongan , semangat dan dukungan kita untuk dapat bertahan dan memrangi keganasan penyakit ini. Mereka sakit dan mereka membutuhkan itu semua, agar mereka mampu bertahan, agar tidak terdengar lagi tangis,rintihan dan teriakan mereka

" Jangan Jauhi Kucilkan Kami, Jangan Jauhi Kami "

Kini saatnya kita semua bergandengan tangan. Saatnya kita berjalan bersama Masyarakat, Pemerintah dan segenap elemen bangsa. HIV/AIDS memang musuh kita, tetapi para korban itu adalah masyarakat kita. Hapuskan dan hentikan segala stigma negatif dan diskriminasi kepada mereka. Rangkul dan berikan segala dukungan untuk mereka. Dukungan, dorongan dan mmotivasi adalah sebuah harapan bagi mereka. Sebuah harapan untuk mereka bertahan dan berjuang hidup. HIV/AIDS bukan hanya masalah mereka. Tapi kini ini telah menjadi masalah segenap elemen masyarakat,bangsa dan masalah kita. HIV/AIDS memang musuh kita, tetapi menjauhinya tidaklah harus dengan menjauhi mereka para korban itu. Hentikan dan Tegaskan ," Jangan ada lagi Diskriminasi dan Stigma negatif kepada Mereka, hentikan Mulai dari diri kita,masyarakat kita dan mulai sekarang juga ". Maka benarlah kiranya sebuah kata bijak yang telah berkata

" Jauhi Virusnya, Bukan Orangnya "


" Jauhi Stigma pada Mereka dan Hentikan diskriminasi Sekarang Juga!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar