Jumat, 09 Oktober 2009

Budaya "Pacaran" di UMK


UMK. Mahasiswa bergegas keluar kelas, mencari tempat berteduh yang cukup teduh,entah untuk apa tapi yang aneh kenapa harus berdua? Dengan lawan jenis pula? Keadaan yang cukup dimengerti oleh sebagian besar mahasiswa yang mengambil studi di Universitas Muria Kudus ini. Cukup terdengar sering pula mengenai gossip-gosip jalanan,bahkan slentingan adanya Budaya Pacaran yang semakin berkembang dibanding dengan budaya berdiskusi yang semestinya perlu untuk semakin dikembangkan. Bukan masalah fasilitas yang menjadi persoalan minimnya budaya diskusi di UMK,tetapi masalahnya adalah pada mahasiswa-mahasiswi nya itu sendiri. Bayangkan saja, setelah kelas usai,setelah semua mahasiswa keluar dari ruangan kelas, lingkungan UMK menjadi ramai dipojok sana, dipojok sini hingga terlihat amat ramai. Tapi yang mencengankan perkumpulan mereka ini bukanlah untuk perkumpulan yang bermanfaat,melainkan hanya perkumpulan perkumpulan yang tidak teramat penting yang bisa dikatakan hanya membahas mengenai Kepentingan personal atau Pacaran itu. Sempat terbayangkan,akan menjadi sangat menarik jika semua mahasiswa yang berkumpul itu sedang mendiskusikan sesuatu yang lebih bermanfaat, sesuatu yang memiliki bobot nilai tambah pada pengetahuan. Masih memerlukan usaha yang keras untuk menjadikan UMK menjadi Universitas Berbeudaya jika budaya yang ditampilkan adalah Budaya Pacaran yang semestinya tidak diperlihatkan di sini. Tapi, mari lihat saja, apakah akan terjadi perubahan pada kondisi UMK dengan seiring berjalannya waktu? Semoga tulisan penulis ini bias Menyadarkan bagi mereka yang belum sadar,masih bingung untutk sadar bahkan yang tidak ingin sadar sekalipun.
 
//ahmad.el.syarif//fkip//pbi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar